Senin, 26 Desember 2011 | By: Ulla Tours and Training Institute

Manding, Sentra Industri Sandang Kulit

clip_image002
clip_image004
Manding terletak Jalan Parang­tritis, 12 kilometer dari Kota Yogya. Manding merupakan kawasan sen­tra industri kerajinan kulit sapi dan kambing. Gerai aneka produk ku­lit seperti tas, sepatu, sandal, topi, jaket, dompet, ikat pinggang hing­ga gantungan kunci memadati jalan mulai dari gerbang utama.
clip_image006Sejak berdiri di tahun 1974, masa kejaya­annya hanya berlangsung hing­ga tahun 1990-an. Saat ini, Manding sedang mulai berusaha untuk bangkit dan jaya seperti dulu lagi. Jatuhnya Manding dikarena­kan krisis moneter yang mengakibatkan kenaikan harga bahan baku juga gem­pa bumi yang terjadi di tahun 2006.



PROFIL PENDIRI SENTRA KERAJINAN KULIT MANDING
clip_image008      Ratno Suhardjo (80 tahun), salahsatu pendiri sentra ke­rajinan kulit Manding. Bersama kedua temannya Su­prapto (alm) dan Yoto (alm), Pak Ratno berjuang me­ngembangkan manding hingga seperti saat ini. Ber­awal dari memanfaatkan limbah “baju” kuda (delman) menjadi tas, Pak Ratno dkk tak menyangka karyanya akan di­terima dipasaran. Kemudian, Ia me­mutuskan keluar dari pekerjaannya dan memulai usaha di tahun 1958. Cara membuat tas Ia pelajari saat bekerja di pembuatan “baju” kuda milik Bude­nya di Kota Yogya. Saat itu usianya baru 18 tahun.


clip_image010     Membutuhkan waktu 2 tahun, sampai akhirnya mahir dalam membuat tas. Pak Ratno memutuskan untuk pulang kampung ke Manding dan membuka usaha di sana. Melihat kesuksesannya, warga Desa Manding ingin membuka usaha kerajinan tas. Akhirnya, dibentuk Paguyuban Desa dengan kegiatan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Tas Kulit. Pak Ratno dkk yang menjadi peng­ajarnya. Bermula dari sana, warga yang telah mahir akhirnya dapat mem­buka usaha sendiri. Tak hanya tas, model kerajinan kulit berkembang menjadi dompet, ikat pinggang, sepatu, topi dan jaket.
clip_image012     Ciri khas tas buatan Pak Ratno ialah pola pahat pada sisi-sisi badan tas. Tas buatan Pak Ratno dijual ke Pasar Beringharjo, Kaki lima Malioboro, dan pedagang-pedagang di Bo­robudur. Pada masa jaya, Pak Ratno mem­produksi tas setiap hari. Ia mampu mempe­kerjakan 15-20 karyawan. Tetapi kini ia hanya dibantu istri dan anak­nya. Pak Ratno pun hanya mem­produksi tas jika ada pesan­an.
     Dikarenakan bahan baku yang mahal, kulit tidak lagi jadi primadona pasar. Masa krisis ini tidak hanya berdampak pada usaha Pak Ratno. Pengusaha kera­jinan kulit lain pun mengalaminya. Saat ini, yang sedang digemari pasar yaitu natural craft atau kerajinan alami seperti pemanfaatan daun kering, eceng gondok dan bahan-bahan alami lain. Melihat potensi pasar tersebut, banyak pengusaha yang beralih dari kerajinan kulit ke kerajinan alami.

PRODUK TAS PAK RATNO
 
image

P R O S E S P R O D U K S I

Alat dan bahan yang digunakan adalah kulit sapi, lem karet (lateks), cat, benang jahit, ring, gunting, jarum, mesin jahit, dan kuas.
Langkah 1 - BADAN TAS
  1. Membuat pola pada karet;
  2. Kulit ditempel pada pola menggunakan lem. Keringkan selama ± 10 menit;
  3. Kulit yang telah menempel pada pola kemudian dijahit;
  4. Ukir dengan cara manual setiap sisi pola untuk menambah keindahan;
  5. Satukan setiap sisi pola tas beserta penutupnya dengan cara dijahit manual.
Langkah 2 – TALI TAS
  1. Tempel potongan kulit yang tipis pada lembaran kulit yang lebih keras dengan menggunakan lem karet. Keringkan selama ± 10 Menit;
  2. Jahit pada masing-masing potongan. Gunting sesuai pola;
  3. Satukan dengan badan tas yang telah diberi ring sebelumnya;
  4. Cat seluruh bagian tas. Keringkan selama 1 jam (jika cuaca cerah).

0 komentar:

Posting Komentar