Manding terletak Jalan Parangtritis, 12 kilometer dari Kota Yogya. Manding merupakan kawasan sentra industri kerajinan kulit sapi dan kambing. Gerai aneka produk kulit seperti tas, sepatu, sandal, topi, jaket, dompet, ikat pinggang hingga gantungan kunci memadati jalan mulai dari gerbang utama.
Sejak berdiri di tahun 1974, masa kejayaannya hanya berlangsung hingga tahun 1990-an. Saat ini, Manding sedang mulai berusaha untuk bangkit dan jaya seperti dulu lagi. Jatuhnya Manding dikarenakan krisis moneter yang mengakibatkan kenaikan harga bahan baku juga gempa bumi yang terjadi di tahun 2006.
PROFIL PENDIRI SENTRA KERAJINAN KULIT MANDING
Ratno Suhardjo (80 tahun), salahsatu pendiri sentra kerajinan kulit Manding. Bersama kedua temannya Suprapto (alm) dan Yoto (alm), Pak Ratno berjuang mengembangkan manding hingga seperti saat ini. Berawal dari memanfaatkan limbah “baju” kuda (delman) menjadi tas, Pak Ratno dkk tak menyangka karyanya akan diterima dipasaran. Kemudian, Ia memutuskan keluar dari pekerjaannya dan memulai usaha di tahun 1958. Cara membuat tas Ia pelajari saat bekerja di pembuatan “baju” kuda milik Budenya di Kota Yogya. Saat itu usianya baru 18 tahun.
Membutuhkan waktu 2 tahun, sampai akhirnya mahir dalam membuat tas. Pak Ratno memutuskan untuk pulang kampung ke Manding dan membuka usaha di sana. Melihat kesuksesannya, warga Desa Manding ingin membuka usaha kerajinan tas. Akhirnya, dibentuk Paguyuban Desa dengan kegiatan Pelatihan Pembuatan Kerajinan Tas Kulit. Pak Ratno dkk yang menjadi pengajarnya. Bermula dari sana, warga yang telah mahir akhirnya dapat membuka usaha sendiri. Tak hanya tas, model kerajinan kulit berkembang menjadi dompet, ikat pinggang, sepatu, topi dan jaket.
Ciri khas tas buatan Pak Ratno ialah pola pahat pada sisi-sisi badan tas. Tas buatan Pak Ratno dijual ke Pasar Beringharjo, Kaki lima Malioboro, dan pedagang-pedagang di Borobudur. Pada masa jaya, Pak Ratno memproduksi tas setiap hari. Ia mampu mempekerjakan 15-20 karyawan. Tetapi kini ia hanya dibantu istri dan anaknya. Pak Ratno pun hanya memproduksi tas jika ada pesanan.
Dikarenakan bahan baku yang mahal, kulit tidak lagi jadi primadona pasar. Masa krisis ini tidak hanya berdampak pada usaha Pak Ratno. Pengusaha kerajinan kulit lain pun mengalaminya. Saat ini, yang sedang digemari pasar yaitu natural craft atau kerajinan alami seperti pemanfaatan daun kering, eceng gondok dan bahan-bahan alami lain. Melihat potensi pasar tersebut, banyak pengusaha yang beralih dari kerajinan kulit ke kerajinan alami.
PRODUK TAS PAK RATNO
P R O S E S P R O D U K S I
Alat dan bahan yang digunakan adalah kulit sapi, lem karet (lateks), cat, benang jahit, ring, gunting, jarum, mesin jahit, dan kuas.
Langkah 1 - BADAN TAS
- Membuat pola pada karet;
- Kulit ditempel pada pola menggunakan lem. Keringkan selama ± 10 menit;
- Kulit yang telah menempel pada pola kemudian dijahit;
- Ukir dengan cara manual setiap sisi pola untuk menambah keindahan;
- Satukan setiap sisi pola tas beserta penutupnya dengan cara dijahit manual.
- Tempel potongan kulit yang tipis pada lembaran kulit yang lebih keras dengan menggunakan lem karet. Keringkan selama ± 10 Menit;
- Jahit pada masing-masing potongan. Gunting sesuai pola;
- Satukan dengan badan tas yang telah diberi ring sebelumnya;
- Cat seluruh bagian tas. Keringkan selama 1 jam (jika cuaca cerah).
0 komentar:
Posting Komentar